Satu pengajaran buat diri kita terutama bagi mereka yang menghisap rokok. Bukanlah nak memihak pada mana-mana pihak tapi bila baca kisah bayi meninggal dunia ini pasti akan membuka mata.
Meninggal akibat terhidu asap rokok ketika majlis cukur jambul, ibu ini terpaksa menanggung pilu atas pemergian anaknya yang baru sahaja hidup di dunia selama 1 bulan.
Biarpun tragedi memilukan ini berlaku di Tangerang, Indonesia pada tahun lepas. Ia harus diberikan pengajaran kepada kita semua.
Jagoanku pergi ke “SURGA” :’)
(MUHAMMAD HAFIZH SYAWAL)
Nak dipendekkan cerita, sama macam ibu-ibu lain. Fitria Indah Lestari sudah semestinya gembira apabila mendapat khabar bakal melahirkan cahaya mata. Lebih-lebih lagi bila cukup sepasang perempuan seorang, lelaki seorang.
Detik-detik indah saat mengetahui dirinya mula mengandung adalah satu pengalaman manis bagi dirinya. Namun tanpa diduga nikmat itu hanya sementara apabila putra pertama wanita ini menghadap ilahi dengan cara yang amat memeritkan.
Ramai tetamu nak tengok Hafizh sampai tak sedar ada tetamu yang sedang merokok.. Mula batuk & sesak nafas lepas 2 hari.
“Pagi itu, tgl 17 juli 2017 kami sekeluarga akan mengadakan pesta cukur rambut dan aqiqah untuk hafizh. Kami pun menginap dari seminggu yang lalu dirumah ibu mertuaku (acara diadakan dirumah ibu mertuaku, karna di rumahku lingkungannya terlalu sempit).
Akhirnya pada malam acara itu putraku Hafizh ku bawa ke ruang tamu. Karna banyak tamu yg ingin melihat hafizh, aku terlalu sibuk dengan tamu, sampai² aku tak menyadari kalau ada orang yang sedang merokok. Awalnya hafizh baik² saja tak ada kendala. Sampai 2 hari sesudah acara itu, hafizh batuk² dan nafasnya tersendat sendat (sesak). Aku memberitahukan suamiku tentang keadaan hafizh, akhirnya aku diberikan obat batuk. Karna hafizh masih terlalu kecil, aku yang minum obatnya (saat itu aku menyusui). “
Biasalah nama pun majlis cukur jambul, sudah semstinya ada yang excited nak jenguk bayinya. Sebagai tuan rumah pastinya sibuk melayan tetamu sampai terlepas pandang bahawa ada mereka yang sedang merokok.
Pada permulaannya Hafizh sihat sahaja, namun mula batuk-batuk lepas 2 hari majlis berlangsung. Malah nafasnya juga sesak. Cuba beri ubat melalui saluran susu badan.
Tak sembuh-sempuh sampai 10 hari, kena masuk hospital.
“Sampai pada tgl 27 juli 2016, batuk dan sesak yang dialami hafizh tak kunjung sembuh juga. Akhirnya kami membawa hafizh ke bidan, dan ditolak dengan alasan masih bayi dan mereka takut memberi obatnya.
Ada juga yang bilang harus dibawa kerumah sakit karna nafasnya sangat sesak. Kami pun langsung memutuskan pergi ke rumah sakit malam itu. Tepat di tgl 27 juli 2017 pukul 20.30 usia hafizh 1 bulan dan malam itu juga hafizh masuk rumah sakit”
Disebabkan keadaanya yang tak kunjung baik, mereka cuba dapatkan nasihat bidan. Bagaimanapun, terpaksa ditolak kerana masih bayi lagi. Atas nasihat orang ramai, Hafizh terpaksa dikejarkan ke hospital.
Baru umur 1 bulan, dah kena tahan dalam wad. Keadaan bertambah baik tapi..
“Ya Allah berat rasanya melihat putraku yang masih terlalu kecil masuk keruang IGD dan divonis mengalami Pneumonia berat, kalau aku bisa meminta … Aku saja yang terkena penyakit itu daripada aku harus melihat hafizh terbaring lemah dengan infusan, oksigen, suntikan, dan lain lain setiap detik, aku hanya menginginkan kabar baik yang diucapkan oleh dokter. Sampai pada akhirnya, hafizh harus melakukan rotgen agar bisa diteliti lebih dalam penyakitnya.
Kami pun meng’iyakan saja apapun yg dilakukan dokter asalkan semuanya demi kebaikan hafizh. Hasil rotgen pun keluar, tetapi kami belum diberitahu apa hasilnya oleh dokter.
Tgl 28 juli 2017 pukul 05.00 hafizh pun dibawa keruang rawat inap, dokter bilang kondisinya mulai membaik . Lega rasanya mendengar kabar baik itu”
Berat hari bila melihat bayi yang baru sahaja berumur 1 bulan sudah dimasukkan kedalam wad. Wanita ini berdoa agar biar penyakit itu sahaja yang terkena pada dirinya sebab tak sanggup melihat melihat anaknya terbaring lemah dengan infusan, oksigen, suntikan dan lain-lain.
Sebagai seorang ibu, sudah semestinya mempunyai harapan yang tinggi agar cahaya matanya bertambah baik. Alhamdulillah, anaknya bertambah baik, tapi…
Doktor pesan tak boleh diberikan susu, bayi menangis sampai suara serak sebab kehausan.
“Ibu, ini anaknya jangan disusuin dulu ya sampai sore, karna takut tersedak. Nanti kita akan pasangkan selang lewat hidung. Jadi nanti minum susunya pake selang” kata dokternya. Astagfirullah, aku hanya seorang ibu. Apa bisa aku tega melihat anakku sendiri menangis karna kehausan dan tidak aku beri susu???
Dalam hatiku berkata. Aku hanya mengangguk tanda meng’iyakan perkataan dokternya. Sedikit demi sedikit air mataku menetes, mendengar suara isak tangis dari anakku sendiri yang sudah mulai serak karna semalam di ruang IGD juga hafizh tak boleh diberi susu. Hanya cairan dari infusannya yang masuk kedalam tubuhnya.
Ya Allah, Aku tak tega melihat semua ujian ini. Selama hafizh terbaring di rumah sakit, akulah yang selalu menemaninya, dan ada disampingnya. Hafizh menangis dengan suara serak, aku mendengar ia berkali kali mengucapkan “nda … nda .. enyeh enyeh” sepertinya dia sudah sangat kehausan. Sekali lagi aku meneteskan air mata. Aku bisikkan ia dengan lembut “Hafizh sayang, yang kuat yah. Ada bunda disini, kamu pasti cepet sembuh ko, nanti kalo udh sembuh kamu nenen yg banyak yah biar cepet ndut :’)” kataku sambil menangis terisak.”
Biarpun dapat berita baik daripada doktor, Hafizh juga terpaksa berpantang tidak boleh diberikan susu kerana risau tersedak. Dalam keadaan terlantar lemah, tak sanggup membiarkan anaknya menangis kerana kehausan sehingga suaranya serak.
Tiba-tiba diam, bila tatap betul-betul seperti petanda nak ‘pergi’ selama-lamanya
“Kemudian hafizh terdiam, ia berhenti menangis. Kulihat hafizh menatapku dalam dalam, seperti pertanda kalau ia akan meninggalkan aku pergi selamanya. Aku pun tersenyum membalas tatapannya. Malam itu pukul 19.00 hafizh sesak parah, nafasnya berbunyi kencang. Kata dokter ia harus segera dibawa ke ruang PICU. ruangan yang menurutku sangat menegangkan dan memiliki sedikit harapan untuk bisa sembuh kembali. Akupun menangis sekeras kerasnya. Aku mulai bertanya tanya “Ya Allah, kenapa Engkau lakukan ini? Kenapa harus hafizh yang menanggung dosa kedua orang tuanya? Kenapa ya Allah???”.
Hafizh pun masuk ruang PICU pukul 20.00. Rasa tegang dan deg degan selalu menghantui kami sekeluarga. Setiap panggilan dari dokter pasti kondisi hafizh selalu menurun, air mata selalu hadir setiap waktu dan detik. Siang hari, tgl 29 juli 2017 aku dan suamiku dipanggil ke ruangan PICU. Dokter menjelaskan hasil rotgennya hafizh”
Hafizh akhirnya diam tapi naluri sebagai seorang ibu yang kuat, Fitria dapat rasakan bahawa anaknya akan ‘pergi’ buat selama-lamanya. Tiba-tiba nafasnya sesak dan berbunyi kencang dan terpaksa dikejarkan ke PICU.
“Sebahagian paru-parunya berwarna hitam.” – Doktor
“Jadi gini bu, pak … Bayi hafizh ini mengalami pneumonia sangat berat. Ini hasil rotgennya, seharusnya paru parunya itu berwarna hitam. Tapi disini paru paru bayi hafizh hampir putih semua. Hitamnya hanya sebagian aja. Saya minta tanda tangan untuk persetujuan kalau nanti terjadi hal yang tidak diinginkan ya bu, pak”.
Dengan beratnya aku pun menanda tangani surat persetujuan itu. Seketika pandanganku hilang, semua menjadi gelap. Badanku terasa lemas tak berdaya. Tak dapat terucap kata kata dari mulutku. Hanya tangisan dan tangisan yang membanjiri pipiku. Suamiku juga menangis, kami hampir putus asa dengan semua cobaan ini. semangat kami agar hafizh sembuh pun mulai melayu. Hanya doa dan tawakal dari kamilah harapan satu satunya agar hafizh cepat sembuh.
Ya Allah, berikanlah mukjizatMu. Berilah kesembuhan untuk anak hamba ya Allah. Jangan hukum dia. Ia masih terlalu kecil untuk menerima sakit ini ya Allah” tangisku meledak ledak sudah tak terkendali.”
Menurut doktor Hafizh mengalami pneumonia yang sangat berat, sebahagian daripada paru-parunya berwarna hitam akibat terhidu asap rokok.
Melihat keadaan anaknya yang semakin parah, doktor meminta Fitriah menandatangani consent letter untuk merawat Hafizh. Biarpun semangat kian luntur, Fitriah tetap berdoa dan bertawakal agar anaknya cepat sembuh.
Keadaan makin teruk, denyutan nadi bawah 70 sama seperti dicekik
“Pagi, pukul 07.00 tgl 30 juli 2017 aku dan suamiku pun dipanggil lagi keruangan PICU. Astagfirullahal ‘adzim keadaan hafizh makin memburuk dokter mengatakan bahwa denyut nadinya menurun. “bu, hafizh keadaannya makin menurun. Denyut nadi itu normalnya 90-100, tapi denyut nadinya hafizh ini 70-60 aja ga naik naik.
Denyut nadi 70 kebawah itu rasanya seperti tenggorokan kita lagi di ‘cekek’ bu. Bayangin gimana kalo kita lagi di ‘cekek’? Engap bu susah untuk menghembuskan nafas” dokter menerangkan. Ya Allah, aku hanya bisa menangis dan istigfar. Lailaha ilallahu …
Aku pun bertanya “tapi ada kemungkinan untuk sembuh kan dok?”. “kemungkinannya sedikit sekali. Ibu banyak² berdoa ya untuk hafizh” ucapnya. Aku dan suamiku sudah putus asa, doa dan sholat kami panjatkan untuk kesembuhan hafizh anak kami. Hanya mukjizat dari Allah yang bisa menyembuhkannya.”
Nafasnya makin ‘sendat’..Tak sanggup lihat anaknya terus menderita
‘Kami pun menunggu diluar ruangan. Berharap ada perubahan dari kondisi hafizh. Sampai pada pukul 10.00 kami pun dipanggil lagi oleh dokter. Rasa takut, tegang, deg degan. bercampuran didalam hatiku. “Ya Allah semoga keadaan hafizh baik baik aja” kataku cemas. Dokter memanggil aku dan suamiku ke ruangan PICU. “pak, bu … Ibu sama bapak disini aja ya. Boleh dibisikin dd nya biar dia semangat” Ya Allah tak tega rasanya melihat bayi sekecil itu tubuhnya dipenuhi selang, infusan, dan bekas suntikan kanan kiri.
Nafasnya sudah mulai tersendat sendat sampai dadanya dibantu dokter dengan di tekan tekan pakai jarinya. Matanya sudah mulai lemas dan membiru, ku elus kepalanya sambil ku bacakan doa doa agar hafizh diberikan mukjizat oleh Allah.”
Keadaan Hafizh semakin parah, Nafas semakin ‘tersekat. Dalam masa yang lama Hafizh nampak semakin lemah dan tidak bermaya. Melihat anaknya itu ‘merana’ Fitriah, sudah mula merasakan bahawa.
“Kalau nak pergi, ibu, ayah dan semuanya ikhlas,”
“Usahaku pun gagal, akhirnya aku menyerah dan pasrah. “de, kalo dd mau pergi, bunda, ayah dan semuanya udah ikhlas ko. Bobo yg tenang ya de. Bunda sayaaanggg banget sma dd hafizh” ucapku dalam isak tangis. Kucium keningnya dan tak lama hafizh pun “tiada”. Innalilahi wa innalillahi roji’un. Semua menjadi sangat gelap.
“Duniaku pergi untuk selamanya”
Duniaku telah pergi untuk selamanya. Tangis ku dan tangis suamiku meledak. Segeralah kami menghubungi keluarga kami. Pukul 10.08 wib tanggal 30 juli 2017 Hafizh telah pergi meninggalkan kami. Suara tangis tak henti dari diriku dan keluarga.
Ya Allah, jika ini yg terbaik. Lindungilah hafizh, berikanlah ia tempat yang indah di surgaMu. Berikanlah ketabahan dan kekuatan untuk kami yang ditinggalkan. Amiin”